Terjadinya keterlambatan pertumbuhan ekonomi China kini tengah menjadi perbincangan publik. Tentu saja, hal tersebut mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan, seperti menurut para ekonom di dunia.
Seorang direktur China Institute School of Oriental and African studies di London, Steve Tsang mengatakan bahwa “Ekonomi China tidak akan meledak dan kembali ke dekade emas tahun 2010-an, ketika pertumbuhan ini mencapai tingkatan 2 digit”, dikutip dari DetikNews, 2023.
Berdasarkan pendapat tersebut, Steve Tsang mengungkap bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, seperti penurunan ekspor, pinjaman bank menurun, sampai kontraksi impor.
Penyebab Keterlambatan Pertumbuhan Ekonomi China
Bukan hanya sejarah China yang menakjubkan saat ini ekonomi China juga sedang mengalami kendala. Pada kuartal ke II di tahun 2024, pertumbuhan tersebut mengalami keterlambatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, 2023. Namun ternyata, ekonomi tersebut hanya tumbuh di angka 4,7% pada April-Juni 2024, padahal Reuters telah memperkirakan kenaikan 5,1%.
Dilansir dari laman CNBC, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut, antara lain:
1. Market Slowdown
Market slowdown merupakan aktivitas penurunan permintaan barang dan jasa dari segi impor ataupun ekspor. Apabila permintaan barang atau jasa melambat, maka berbagai perusahaan akan mengurangi produksi, investasi, sampai melakukan PHK pada pegawainya.
Adanya kondisi ini, tentu saja menyebabkan keterlambatan pertumbuhan ekonomi China, dimana negara ini menjadi tulang punggung ekonomi berbagai dunia. Ditambah ketika terjadinya persaingan ketat dari negara-negara lain untuk mengalahkannya.
Dalam Prodchuk Domestik Bruto (PDB), menyebutkan bahwa kondisi ini pada tahun 2022 hanya meningkat 3% saja. Dengan demikian, market slowdown tidak hanya memengaruhi pertumbuhan tersebut secara langsung, namun berdampak pada sektor lain dunia.
2. Wabah Global Pandemi
Pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020 silam telah memiliki dampak krusial dalam berbagai sektor, seperti keuangan negara. Mulanya, ekonomi China mengalami ketajaman kontraksi dengan pertumbuhan negatif sebesar 6,8%, dimana ini merupakan kontraksi awal sejak 1992.
Keterlambatan pertumbuhan ekonomi China ini terjadi akibat adanya pembatasan sosial, lockdown, serta gangguan pasokan industri. Meskipun saat ini pemerintah China selalu berupaya melakukan pemulihan, namun perkembangannya masih sangat lambat.
3. Daya Beli Global Melemah
Pada tahun 2018, saat Amerika Serikat dipimpin oleh Donald Trump, telah terjadi perang dagang dengan China. Hal ini memicu ketegangan antara kedua belah pihak sebagai negara yang bekerjasama dalam menanggung perekonomian dunia.
Konflik ini tentu saja menyebabkan risiko resesi global seperti yang dikatakan oleh Dan Wang, kepala ekonom Hang Seng Bank di Shanghai. Dan Wang menyebutkan, bahwa pertumbuhan pesat dan ekspansi kredit akan mengalami penurunan seiring penurunan populasi.
Adanya penurunan konsumsi impor dari negara-negara di dunia, juga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan ekonomi China, seperti penjelasan Yoshikiyo shimamaine, kepala Dai-Ichi Life Research Institute Tokyo.
4. Periode Penyesuaian yang Lambat
Saat ini, negara tersebut tengah melakukan transisi model pertumbuhan ekonomi dari yang berbasis ekspor menjadi konsumsi domestik. Namun, perubahan ini berlangsung sangat lambat, sehingga berpengaruh pada keadaan setelahnya.
Seorang kepala bidang Oxford Economics, Louise Loo mengatakan bahwa “pergerakan ini menandakan berlanjutnya preferensi pihak berwenang pada pelonggaran yang ditargetkan, serta keinginan mendukung sektor properti”, dikutip dari laman CNBC Indonesia, 2023.
Hingga kini, China masih terus berupaya bagaimana caranya keterlambatan pertumbuhan ekonomi China ini bisa mengalami peningkatan, seperti mengurangi faktor deflasi dan investasi asing.
Dampak Krusial Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi China bagi Dunia
Sebagai negara pemasok ekonomi dunia, keterlambatan ini tentu berdampak sangat signifikan bagi dunia, seperti Indonesia. Kondisi ini juga meluas pada berbagai sektor di dunia. Berikut beberapa dampaknya yang perlu diketahui:
- Sebagai pabrik dunia, kondisi ini akan mengganggu rantai pasok secara global, seperti kekurangan komponen elektronik sampai bahan mentah.
- Keterlambatan pertumbuhan ekonomi China akan meningkatkan biaya produksi negara-negara di dunia, dimana akhirnya harga barang lebih tinggi dibandingkan konsumennya.
- Meskipun merupakan negara pemasok bahan pokok dunia, namun tetap saja membutuhkan pemasukan bahan-bahan dari negara lain. Kondisi ini juga berdampak pada penurunan pemasukan karena lemahnya biaya.
- Fluktuasi nilai tukar mata uang juga mengalami keterlambatan karena keuangan negara sedang tidak baik-baik saja.
- Pasar saham global juga akan mengalami tingginya nilai volatilitas sebagai bentuk respons perkembangan ekonomi di China ataupun negara lainnya.
- Terjadinya penekanan harga komoditas, seperti logam, minyak, serta bahan baku lainnya.
- Persaingan ekonomi dengan negara-negara besar semakin ketat, sehingga memicu terjadinya konflik geopolitik.
- Negara-negara dengan emerging market yang bergantung pada China, akan mengalami tekanan akibat keterlambatan pertumbuhan ekonomi China.
- Terhambatnya sumbangan produk domestik bruto (PDB) karena negara ini menyumbangan sekitar 18,6%.
- Tingginya tingkat hutang di berbagai sektor karena kini menjadi beban bagi perekonomian negara.
- Terjadinya penurunan tenaga kerja produktif yang berakibat pada konsumsi domestik.
Dengan demikian ketergantungan perekonomian, terhambatnya strategi keuangan, serta faktor lainnya yang lebih kompleks menyebabkan keterlambatan pertumbuhan ekonomi China secara drastis seperti saat ini.