Pertempuran Medan Area merupakan peristiwa perlawanan masyarakat Medan, Sumatera Utara pada Oktober 1945. Perlawanan ini dilakukan kepada NICA atau pasukan dari Inggris yang ingin meduduki Medan pada saat itu. Peristiwa ini terjadi tidak lama setelah pembacaan proklamasi.

Kota Medan juga turut terkena dampak, yaitu berupa kehancuran di berbagai tempat. Hal ini disebabkan oleh pertempuran sebelumnya yang membuat banyak fasilitas tersebut rusak. Namun kerusakan akibat pertempuran Medan area dipulihkan kembali dengan gotong royong.

Perlawanan masyarakat terhadap Inggris yang akan menjajah setelah Belanda memang terus terjadi bahkan setelah pembacaan proklamasi. Hal ini membuktikan bahwa mendapatkan kemerdekaan tidak mudah, sehingga harus ada pertempuran dari rakyat seperti berikut ini.

Latar Belakang Pertempuran Medan Area

Peristiwa ini memiliki permulaan pada tanggal 24 Agustus 1945, yaitu ketika negara Inggris dan Belanda menjadi sekutu. Sehingga Inggris berhak menguasai Indonesia atas nama Belanda. Lalu, Inggris mulai mengantar pasukannya ke Medan untuk menduduki wilayah tersebut. Sementara Teuku Moh. Hasan selaku gubernur Sumatera Utara sedang berpidato pada tanggal 27 Agustus 1945 untuk menyampaikan berita kemerdekaan Indonesia. Meskipun berita proklamasi sudah disebarkan melalui radio, namun masih banyak pihak yang belum mendengar hal itu.

Setelah melaksanakan pidato, rakyat setempat sedang bersenang – senang atas kemerdekaan Indonesia. Namun pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan Inggris mulai menduduki Sumatera Utara. Pasukan itu disebut dengan NICA yang dipimpin oleh jenderal T.E.D Kelly. Pasukan NICA datang ke Sumatera Utara dengan menaiki pesawat. Hal ini tentu membuat rakyat setempat panik karena berita menyampaikan bahwa Indonesia sudah Merdeka setelah membaca proklamasi. Namun kedatangan NICA menjadi awal pertempuran Medan area.

Setelah mengetahui kedatangan pasukan Inggris atau NICA, pemerintah Sumatera Utara mulai siaga dan mengerahkan berbagai pasukan yang dimilikinya. Salah satu kelompok yang mendapat tugas membela Sumatera Utara pada saat itu adalah Barisan Pemuda Indonesia. Barisan Pemuda Indonesia dibentuk pada tanggal 27 Agustus 1945, yaitu ketika gubernur Sumatera Utara menyampaikan berita tentang kemerdekaan Indonesia. Barisan Pemuda Indonesia dibentuk dan berisi tokoh – tokoh pemuda yang kuat dan menjadi panutan.

Kronologi Peristiwa Pertempuran Medan Area

Sebenarnya sejak kedatangan NICA pada tanggal 9 Oktober 1945 masih belum menimbulkan permasalahan di Sumatera Utara. Namun pada tanggal 13 Oktober 1945, salah satu tentang NICA mulai berbuat ulah dengan cara merampas lencana merah putih dan menginjak – nginjaknya. Hal ini dilakukan tentara NICA tersebut di salah satu hotel Sumatera Utara. Peristiwa ini tentu dilihat oleh banyak rakyat setempat dan membuatnya geram. Akhirnya rakyat melakukan perlawanan terhadap tentara NICA tersebut, sampai menyebar ke berbagai wilayah lainnya.

Pertempuran Medan area akhirnya dimulai setelah banyak perlawanan dilakukan kepada tentara NICA. Diawali dengan pihak Sumatera Utara menduduki kembali gedung yang sudah dikuasai oleh NICA. Kemudian pertempuran ini masih merembet hingga 18 Oktober 1945. Pada tanggal tersebut akhirnya NICA terpojok dengan berbagai perlawanan yang sudah dilakukan oleh rakyat. Sehingga Inggris memerintahkan rakyat setempat menyerahkan senjata kepada tentaranya. Dengan kata lain Inggris berusaha melucuti senjata rakyat setempat.

Pada tanggal 1 Desember 1945, tentara NICA memasang papan yang menunjukkan bahwa Medan adalah area kekuasaannya. Kemudian pada tanggal 10 Desember 1945, Inggris mulai melancarkan serangan – serangan brutal, bahkan sampai membawa pesawat tempur. Akibat pertempuran tersebut, jajaran pemerintah Medan diminta keluar dari wilayahnya sendiri. Penjajahan berlanjut hingga desember tahun 1946 atau kurang lebih 1 tahun lamanya. Namun rakyat melakukan perlawanan kembali dengan membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat.

Dampak Peristiwa Pertempuran Medan Area

Pertempuran di Sumatera Utara berlangsung hingga hampir 2 tahun lamanya. Dengan senjata yang dimiliki oleh rakyat setempat dan strategi dari pemimpin komando resimen, akhirnya pihak tentara Inggris bisa dikalahkan dan berhasil dipulangkan kembali ke negaranya sendiri. Pertempuran Medan area memang membuahkan hasil berupa kemenangan, namun tetap saja terdapat dampak yang dirasakan oleh warga setempat. Dampak utamanya adalah rasa sedih karena ada korban jiwa, baik dari pihak tentara Inggris atau dari Sumatera Utara sendiri.

Jumlah korban jiwa bahkan hampir menyentuh angka 100. Tentunya hal ini tidak menjadi hal yang patut dibanggakan, karena korban jiwa tersebut pasti memiliki keluarga dan orang – orang terdekat lainnya. Selain korban jiwa, juga terdapat korban luka – luka ringan dan besar. Bagi orang yang mengalami luka – luka mungkin merasa beruntung karena masih dapat hidup. Namun setelah perang, tentu saja terdapat dampak psikis yang membuat korban luka – luka merasa trauma atas kejadian – kejadian dalam perang perlawanan sebelumnya.